Woensdag 15 Mei 2013

BandungDilematis masyarakat akan kualitas kesehatan makanan tradisional dan modern di kota Bandung membuat kedua jenis makanan tersebut dipertanyakan kebersihan dan kandungan gizinya. Para pedagang mengaku setiap makanan baik tradisional maupun modern memiliki kandungan gizi dan kebersihan yang berbeda.

B
eragam makanan yang dijual di setiap tempat entah itu makanan yang memiliki harga yang relatif mahal maupun makanan yang harganya terjangkau pasti memiliki tingkatan-tingkatan kualitas yang terlihat dari proses pembuatannya. Ketika proses pembuatannya higienis maka tingkatan kualitasnyapun tidak diragukan. Akan tetapi pada era modern ini banyak makanan yang dalam proses pembuatannya higienis tetapi menggunakan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan. Bahan-bahan yang membahayakan itu bukan hanya pengawet dan sejenisnya saja, akan tetapi kadar gulukosa yang tinggi dapat menyebabkan obesitas.
Sebagaimana diungkapkan Umar Islami salah seorang dokter yang bertugas di Jalan raya Ujung Berung Bandung bahwa kadar glukosa dan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan dapat membahayakan kesehatan.
“Dilihat dari segi komposisi makanan, salah satu zat yang membahayakan yang efeknya tidak secara lengsung adalah kandungan glukosa dan lemak. Kadar glukosa yang tinggi dalam makanan dapat menimbulkan obesitas atau kegemukan  sedangkan kadar lemak yang tinggi dapat menyebabkan kolesterol,” ujar dokter yang sekaligus dosen di UNISBA itu.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya grafik penderita diabetes tehun 2013 ini. Pada tahun 2000, di Indonesia jumlah penderita diabetes berdasarkan data WHO sebanyak 8,4 juta jiwa, namun pada tahun ini meningkat hingga 10,5 juta jiwa. (Sumber: Kompas.com) Banyak nya penderita diabetes  bukan hanya disebabkan oleh jajanan-jajanan yang mengandung kadar glukosa yang tinggi saja, tetapi pola makan yang tidak teratur pun merupakan salah satu pemicu penyakit ini.
 Proses pembuatan makanan yang menjadi faktor terhadap sehat tidaknya makanan secara umum dapat dilihat dari mahal tidaknya produk makanan tersebut. Lagi, dokter umum yang praktek tiap hari itu berargumen mengenai makanan yang memiliki harga yang relatif mahal memiliki tingkat kehigienisan yang lebih terjamin dibandingkan dengan makanan-makanan yang harganya terjangkau.
“Umumnya makanan dengan harga jual yang relatif mahal, itu akan lebih terjaga dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain itu, biasanya tempatnya pun tidak di “pojokan”, melainkan tempat yang benar-benar bersih,” ujar Umar saat diwawancarai.
Lain halnya dengan apa yang diungkapkan oleh dokter Henny Indriani yang bertugas di komplek perumahan Cipaganti Ujung Berung Bandung, ia mengungkapkan bahwa makanan dengan daya jual yang mahal belum tentu terjamin kesehatannya.
“Pada hakikatnya makanan yang sehat itu kan makanan yang memiliki nilai gizi, protein, karbohidrat dan komponen-komponen lainnya. Sehingga, makanan dengan daya jual yang tinggi jika tidak mengandung komponen-komponen tersebut tentu itu bisa dikategorikan makanan yang tidak sehat. Mungkin saja makanan yang mahal itu hanya mahal karena bungkusnya atau hiasan yang ada pada makanan itu saja, tetapi berkenaan dengan gizinya tidak diutamakan,” jelasnya.  
Sehat dan memiliki nilai gizi merupakan harga mati setiap makanan yang dikonsumsi. Makanan tradisional yang bahannya menggunakan bahan-bahan alami, bisa pula dikategorikan makanan yang sehat, namun sehat disini akan menjadi penyakit ketika makanan tersebut terdapat kuman atau bakteri yang dapat merusak pencernaan. Oleh karena itu dikatakan sehat atau tidaknya, baik atau buruknya itu bukan hanya ditentukan oleh pedagang itu semata, akan tetapi ditentukan pula oleh pembelinya.
Bagi para penjual makanan tradisional, mereka yakin bahwa makanan tradisional memiliki khasiat yang berbeda dengan makanan-makanan nontradisional. Karena makanan tradisional selain bahannya yang alami, tetapi juga menggunakan rempah-rempah yang memiliki khasiat bagi ketahanan tubuh.
“Kalau makanan tradisional bahannya dari bahan alami, jadi lebih banyak khasiatnya untuk tubuh. Karena pake bahan alami itu ngebuat kue jadi gak tahan lama,” tutur Asih penjual kue cucur di pasar Ujung Berung Bandung.
Hal serupa diungkapkan oleh Randi (20) penjual kue pukis Ujung Berung, bahwa makanan tradisional memiliki kelebihan tersendiri, terutama dari kealamian bahan-bahannya, sehingga sangat baik untuk pencernaan. Ia pun menambahkan bahwa makanan tradisional selain bahannya alami, proses pembuatannya juga alami.
“Yang pasti makanan tradisional memiliki kelebihan dari makanan-makanan nontradisional. Makanan tradisional selain menggunakan bahan yang alami, proses pembuatannya pun alami,” tutur Randi yang sudah satu tahun berjualan kue.
Pernyataan-pernyataan itulah yang menjadi bukti bahwa makanan yang dijual dijalanan baik itu makanan tradisional maupun makanan modern bisa dilihat dari komposisi dan proses pembuatannya. Dengan begitu konsumen yang  mengetahui komposisi dan proses pembuatannya, akan dapat lebih cermat lagi dalam memilih makanan khususnya makanan yang sehat dan kaya gizi. (SN)

0 opmerkings:

Plaas 'n opmerking