Bulat-bulat
bukan kue cucur, bolong tengahnya bukan dunkin
donuts itulah si kue Jali-jali. Lumuran gula merah encer memadati permukaan
kue kering ini, ditambah dengan parutan kelapa bertabur diatasnya. Dimana lagi
jika tidak didapat di kota batik, jajanan nikmat nan murah berbentuk seperti
donat ini.
Banyak orang
Jawa mengenali kue yang satu ini. Kue ini memiliki rasa yang unik dari kue yang
lainnya. Cita rasa yang diberikan mampu membuat orang ketagihan dan tentunya
sangat lezat. Hanya dengan dua ribu rupiah saja rasa manis padatan gula
merahnya dan asinnya taburan kelapa parutnya memberikan cita rasa tersendiri.
Kini jajanan itu tidak hanya ditemukan di Jawa Tengah saja, tetapi di Jawa
Barat sudah merakyat. Seperti kue yang ada di Kota Bandung ini, namun nama yang
diberikan dari kue tersebut bukan Jali-jali lagi, di Kota Bandung kue ini
diberi nama kue Gemblong. Di kota Bandung ini, ukuran kuenya lebih kecil
sehingga harganyapun lebih murah, yakni hanya seribu rupiah saja per kue nya
kue bisa langsung dicicipi. Di Bangung kue ini bisa di jumpai di pasar
tradisional Ujung Berung. Setiap pukul enam pagi kue ini sudah siap untuk
dijual, dan kerap kali habis setiap harinya.
Tak jarang
jajanan yang sekaligus cemilan ini di distribusikan di pasar-pasar tradisional,
artinya pasti setiap pasar tradisional terdapat makanan tradisional ini. Dengan
rupanya yang sederhana dan harganya yang terjangkau membuat kue ini tetap
lestari di pasaran. Namun di era yang semakin modern ini, telah banyak
bermunculan kue-kue baru yang penampilannya cukup menarik perhatian. Dan ini
akan menjadi saingan tersendiri bagi pemasok kue tradisional di Indonesia.
Tingkat kreatifitas tentu akan mengalahkan kue-kue tradisional ini, sehingga
ini harus menjadi pembicaraan yang di perhatikan. Karena kue-kue tradisional
yang lainnya pun bisa tidak lestarai lagi. Dalam hal ini, dapat diartikan
bagaimana agar kue tradisional dan kue-kue keluaran baru menjadi seimbang
sehingga kue tradisional tetap lestari.
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking